Friday, August 17, 2012

TB Hasanuddin: Parlemen Akan Perketat Pengawasan Anggaran Pembelian Alutsista

Sea Sprite AL Selandia Baru. TNI AL akan membeli 11 helikopter anti-kapal selam, salah satu kandidat Sea Sprite produksi Kaman, Amerika Serikat.

17 Agustus 2012, Jakarta: Kenaikan anggaran pertahanan seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan nota RAPBN 2013 di DPR, Kamis (16/8) malam mendapat respon positif dari DPR. Terlebih lagi, anggaran Rp 77,7 triliun untuk untuk Kementrian Pertahanan ternyata terbesar dibanding anggaran untuk kementrian lainnya, termasuk Kementrian Pendidikan Nasional.

Meski demikian peningkatan anggaran itu juga harus dibarengi dengan pengawasan ketat. Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR, pengawasan DPR atas anggaran perthanan juga perlu menjangkau hingga tingkat jenis alat utama sistem persenjataan yang akan dibeli.

"Pembelian alutsista harus mendukung perusahaan alutsista dalam negeri. Pengelolaanya harus transparan dan kita minta akuntabilitas angggarannya," kata Hasanuddin di sela-sela peringatan HUT RI ke 67 di Kantor DPP PDIP Jakarta, Jumat (17/8).

Sebelumya Presiden SBY saat menyampaikan nota keuangan RAPBN 2013 di depan DPR, Jumat (16/8) malam menyatakan bahwa terdapat tujuh kementrian yang mendapat alokasi anggaran di atas Rp 20 triliun. Kementrian pertahanan berada di peringkat pertama dengan anggaran Rp 77,7 triliun. Angka itu meningkat dari anggaran tahun 2012 yang dipatok Rp 64,4 triliun.

Hasanuddin menambahkan, penggunaan anggaran pertahanan harus benar-benar transparans. Karenanya, kata politisi PDI Perjuangan itu, pengawasan penggunaan anggaran pertahanan pun harus benar-benar dilakukan.

Sekretaris Militer Kepresidenan di zaman Presiden Megawati itu mencontohkan rencana pembelian Tank Leopard dari Belanda yang awalnya diusulkan harga per unitnya Euro 2,5 juta. Ternyata setelah dikritisi DPR, harganya bisa ditekan menjadi Euro 1 juta.

Karenanya pensiunan TNI dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal itu menegaskan, DPR akan memperketat pengawasan terhadap usulan-usulan pengadaan alutsista termasuk rencana pembelian pesawat tempur dan kapal selam. "Jangan sampai anggaran itu diselewengkan sementara alutsistanya tak cocok dengan kondisi medan di Indonesia," ucapnya.

Sumber: JPNN

Indonesia dan Tiongkok akan Produksi Misil Bersama

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat China Yang Jiechi (kiri) di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/8). Pertemuan keduanya membahas peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia dan China. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)

16 Agustus 2012, Jakarta: Rencana untuk memproduksi bersama misil itu pertama muncul bulan Juli, pembicaraan yang kemudian dilanjutkan ketika Menteri Luar Negeri Tiongkok Yang Jiechi berkunjung ke Jakarta minggu lalu.

Kementerian Pertahanan Indonesia menegaskan bahwa perjanjian untuk produksi misil itu akan ditandatangani Indonesia dan Tiongkok bulan Maret 2013.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Michael Tene mengatakan, kerjasama itu merupakan bagian dari tujuan yang lebih luas untuk meningkatkan kemampuan militer Indonesia.

“Kami membangun hubungan dekat dengan semua negara sahabat untuk mengembangkan kemampuan pertahanan kami, bukan hanya melalui perbekalan, tetapi juga investasi dan produksi bersama untuk meningkatkan kemampuan kami mengembangkan industri pertahanan dan tentu saja dengan Tiongkok juga, kami punya banyak kerjasama untuk mengembangkan industri di bidang itu,” papar Tene.

Rencana produksi misil bersama itu dikemukakan selagi ketegangan memuncak di Laut Cina Selatan.

Menteri-menteri ASEAN bulan lalu gagal menyepakati tata perilaku multilateral untuk menyelesaikan klaim-klaim teritorial yang tumpang tindih.

Para analis politik mengatakan kegagalan itu mengakibatkan tata perilaku multilateral itu lebih memperkuat posisi Tiongkok untuk mendominasi sengketa bilateral dengan negara-negara yang lebih kecil di kawasan itu.

Namun, Kementerian Pertahanan Indonesia menyangkal bahwa rencana untuk memproduksi misil laut berjangkauan 120 kilometer dengan bantuan Tiongkok adalah mengenai pembangunan aliansi yang lebih kuat terkait sengketa maritim itu.

Analis pertahanan Universitas Indonesia Yohannes Sulaiman mengatakan, Indonesia hanya berusaha mendesakkan tawaran terbaiknya yang bisa diperoleh dan tetap tergantung pada Amerika untuk piranti keras militernya.

“Jika hal yang tidak diinginkan terjadi di Papua, Amerika akan melakukan embargo militer dan kita akan kekurangan pasokan. Itulah sebabnya militer berusaha memperluas hubungannya, khususnya dengan Tiongkok, sebagai pemasok lain senjata,” ujar Sulaiman.

Amerika memberlakukan embargo militer enam tahun terhadap Indonesia tahun 1999 terkait isu HAM di Timor Timur.

Sulaiman mengatakan banyak perwira militer dan jenderal Indonesia menyampaikan keprihatianan bahwa tuduhan pelanggaran HAM di Papua Barat yang kaya mineral bisa memicu embarago lainnya.

Pada saat bersamaan, katanya, Indonesia hampir tidak punya strategi besar mengenai bagaimana menanggapi kekuatan regional saat ini yang dimainkan Amerika dan Tiongkok.

Sementara Indonesia mengembangkan hubungan dengan semua pihak yang terkait sengketa Laut Cina Selatan, Amerika minggu ini memperingatkan bahwa ada upaya untuk memecah belah dan menguasai Laut Cina Selatan, dan mengulangi dukungannya atas tata perilaku multilateral di jalur perdagangan global itu.

Sumber: VOA

Presiden: Prioritas Sumber Persenjataan dari Dalam Negeri

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Ketua DPR Marzuki Alie, dan Ketua DPD Irman Gusman, berjalan memasuki ruangan saat akan menyampaikan keterangan pemerintah atas RUU RAPBN Tahun Anggaran 2013 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/8) malam. (Foto: ANTARA/Ismar Patrizki/pd/12)

16 Agustus 2012, Jakarta: Presiden Susilo Yudhoyono menegaskan, modernisasi persenjataan dan sistem persenjataan TNI menjadi prioritas pemerintah saat ini dan ke depan. Satu hal yang jadi komitmen pemerintah adalah sumber persenjataan itu berasal dari dalam negeri.

Pensiunan jenderal TNI AD itu menyatakan hal itu di depan Sidang Paripurna DPR dalam pidato pengantar nota RAPBN 2013. Sidang paripurna dipimpin Ketua DPR, Marzuki Alie, di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis malam.

Walau tidak merinci jenis dan tipe persenjataan buatan Indonesia yang dimaksud, Yudhoyono menekankan kepentingan pengadaan senjata itu dari dalam negeri dengan sejumlah argumen pokok.

Beberapa BUMN Industri Strategis Nasional telah lama berkiprah dalam produksi senjata, sistem persenjataan, dan wahana pengangkut personel atau tempur. Di antaranya adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL, yang produk-produknya telah dipakai di lingkungan TNI dan beberapa negara sahabat.

CN-235 MPA dan CN-235 VIP buatan PT DI dibeli pemerintah Korea Selatan untuk kepentingan South Korean Coast Guard dan pesawat kepresidenannya.

Salah satu yang dilirik adalah armoured personnel carrier Anoa dan senapan serbu SS-2 buatan PT Pindad; yang terakhir ini ditawarkan Wakil Menteri Pertahanan, Sjahfire Sjamsuddin, kepada militer Irak, baru-baru ini.

Sumber: ANTARA News

KRI Teluk Sibolga Singgah di Bengkulu


16 Agustus 2012, Bengkulu: KRI Teluk Sibolga merapat di Dermaga Nusantara Bengkulu pukul 11.45 WIB setelah melaksanakan patroli rutin dari perairan laut Sibolga, Padang, Bengkulu, Lampung dan Jakarta.

Kapal ini akan melaksanakan bekal ulang air, logistik dan debarkasi materil selama sandar di Bengkulu.

Kapal buatan Jerman Timur pada tahun 1977 untuk Angkatan Laut Jerman Timur jenis Frosch-I/Type 108 ini dibeli pemerintah Indonesia untuk TNI Angkatan Laut dan masuk jajaran armada pada tahun 1993 sebagai armada pendarat bagi pasukan Marinir TNI AL dan juga sebagai kapal pengangkut logistik.

Komandan KRI Teluk Sibolga Mayor Laut (P) Ronald Rarun akan mengadakan “Open ship” untuk masyarakat Bengkulu selama sandar di Dermaga Nusantara dari pukul 08.00 s.d 18.00 WIB.

Kapal yang memiliki berat 1,900 ton dengan dimensi 90,70 meter x 11,12 meter x 3,4 meter dan ditenagai oleh 2 mesin diesel, 2 shaft ini bisa menghasilkan 12,000 hp yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 18 knot.

Kapal yg dilengkapi radar MR-302/Strut Curve Air/Surface Search dan diawaki 65 personil ini mampu mengangkut Cargo hingga seberat 600 ton.

Kapal yang dilengkapi senjata 1 kanon laras ganda kaliber 37mm Model 1939, 1 Meriam Bofors 40/70 berkaliber 40mm dengan kecepatan tembakan 120-160 rpm, jangkauan 10 Km untuk target permukaan terbatas dan target udara dan 2 kanon laras ganda kaliber 25mm ini akan melanjutkan patroli menuju Jakarta pada hari Kamis 16 Agustus 2012 sore hari setelah Open ship ditutup.

Sumber: Pen Lanal Bengkulu

Thursday, August 16, 2012

Mahfudz: Berharap Pemerintah Naikkan Anggaran Pertahanan 2013 untuk Tuntaskan Modernisasi Alutsista

Penandatanganan kontrak pembelian kapal Patroli Kawal Rudal oleh Kemhan dan DSNS. (Foto: DMC)

16 Agustus 2012, Jakarta: Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq berharap pemerintah menaikkan anggaran Kementerian Pertahanan pada APBN 2013 dan tahun berikutnya. Hal ini demi menuntaskan proses modernisasi alutsista TNI.

Anggaran Kementerian Pertahanan pada APBN-P 2012 adalah sebesar Rp 75 triliun. Ia berharap pada tahun ini, anggarannya dinaikkan 10 persen. "Bisa naik menjadi Rp 80-an triliun untuk anggaran di Kemenhan 2013," kata Mahfudz Siddiq kepada Jurnalparlemen.com, Kamis (16/8).

Mahfudz berpendapat, kenaikan itu perlu karena upaya modernisasi alutsista TNI belum tuntas sehingga melemahkan pertahanan Indonesia. Meskipun Kemenhan mendapat anggaran paling besar, modernisasi alutsista masih jadi persoalan. Sebab, dari total anggaran di Kemenhan, hanya 30 persen yang digunakan untuk belanja alutsista.

Alhasil, kata Mahfudz, peningkatan anggaran di Kemenhan sebenarnya bukan semata untuk modernisasi alutsista. Anggaran yang ada harus juga digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI, perbaikan dan pengadaan kendaraan operasional, serta merealisasikan program perumahan prajurit.

"Perlunya anggaran Kemenhan yang besar ini, juga mesti memberi dampak bagi kesejahteraan bagi prajurit TNI. Sehingga tidak timpang, manakala alutsistanya modern tapi kondisi prajuritnya memprihatinkan," ujarnya.

Sumber: Jurnal Parlemen

Kemhan: Pembelian Alutsista Bekas Lebih Menguntungkan

C-130H Hercules milik RAAF. Salah satu alutsista bekas yang akan dibeli oleh Kemhan. (Foto: RAAF)

16 Agustus 2012, Jakarta: Indonesia kerap mendapatkan kritik dari sebagian kalangan dalam pembelian alat utama sistem senjata (alutsista). Alasannya karena alutsista tersebut bukanlah barang baru melainkan sudah bekas.

Namun Kementerian Pertahanan RI tak mau begitu saja menerima kritik itu. Mereka berpendapat bahwa pembelian alutsista bekas itu sudah dipertimbangkan secara matang.

"Dalam pembelian pesawat jenis Hercules C130, kami dikritik, kenapa nggak beli yang baru, kenapa beli yang lama dari Australia," kata Menteri Pertahanan RI Purnomor Yusgiantoro saat konferensi pers, di Aula Bhineka Tunggal Ika Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Rabu (15/8).

Mengapa membeli C130 yang sudah bekas? Menurut Menhan, selain harganya lebih murah, pesawat tersebut meskipun sudah bekas, namun bisa terbang hingga 20 tahun ke depan. Sementara jika pesawat baru kata dia, bisa terbang hingga 40 tahun ke depan. Dalam jangka 40 tahun itu jelas Purnomo, secara teknologi sudah mengalami perkembangan.

Dan hal tersebut kemungkinan besar juga akan berpengaruh pada teknologi pesawat.

"Harganya kalau bekas per pesawat sekitar 15 juta dolar. Kalau beli baru lebih tiga kali lipat, hampir 60 juta dolar. Keuntungannya, dengan upgrading yang lama, masih bisa terbang 20 tahun. Nah efektifitas 20 tahun mungkin sudah berubah teknologi," jelasnya. "Ini masih disesuaikan dengan jangkauan anggaran kita."

Sumber: Pelita

Menhan Klarifikasi Isu Pengadaan Alutsista


15 Agustus 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, MA., Wakil Kepala Staf Angkatan dan sejumlah pejabat di jajaran Kemhan/TNI mengadakan Konferensi Pers dengan wartawan media massa nasional dan Internasional, Rabu (15/8) di kantor Kemhan, Jakarta.

Konferensi Pers ini dilaksanakan dalam rangka memberikan klarifikasi terhadap isu dan pemberitaan yang berkembang di media massa dan sejumlah rencana pengadaan serta pembelian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI yang dilakukan oleh Kemhan.

Dalam kesempatan ini Menhan memberikan klarifikasi terhadap pemberitaan tentang anggapan bahwa buku biru (Blue Book) yang sudah diterbitkan tahun 2009 tidak pernah diimplemastasikan, kalau diimplementasikan isinya berubah.

Selanjutnya, Kemhan juga dianggap keluar dari jalur yang sudah direncanakan, seperti pembelian Tank Leopard dianggap tidak masuk dalam Buku Biru. Kemhan tidak pernah menunjukan barangnya apa, berapa harganya, spesifikasi dan model Alutsista apa yang akan dibeli. Dan yang terakhir disebutkan adanya pemerintah dalam hal ini Kemhan juga diminta untuk lebih memperhatikan kesejahteraan prajurit.

Menjawab beberapa isu tersebut, Menhan menjelaskan Kemhan menerbitkan Produk Strategis I yang meliputi Doktrin Hanneg, Postur Hanneg, Strategi Hanneg, Buku Putih Hanneg, Penyelarasan MEF dan MEF TNI 2010-2024 yang isinya perencanaan 2010-2024 bagi pembangunan kekuatan TNI sudah mengalami revisi.

Kemudian diadakan suatu Revisi karena adanya perubahan perkembangan yang disebut dinamika lingkungan strategis global regional dan nasional selama kurun waktu 2,5 tahun dari tahun 2010 hingga pertengahan 2012. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan perkembangan lingkungan strategis tersebut. Dari hasil revisi Produk Strategis I, Kemhan telah mengeluarkan Produk Strategis II di bidang pertahanan yang dikenal dengan Strategic Defense Review (SDR).

“Selama dua tahun, Kemhan telah me-review perkembangan lingkungan strategis seperti perkembangan di laut Cina Selatan dan lainnya yang nantinya akan mempengaruhi penyesuaian di dalam perencanaan”, jelas Menhan.

Menurut Menhan, dinamika keadaan terkadang harus merubah rencana awal untuk disesuaikan agar sampai ke tujuan, sama dengan rencana besar dalam pembangunan kekuatan pertahanan, itu dalam 2,5 tahun juga mengalami perubahan.

Sementara itu mengenai proses perencanaan MEF Menhan mengatakan telah melalui beberapa tahap yang diawali dengan pembahasan dalam tujuh kali Sidang Kabinet sampai kemudian terbitlah dengan apa yang disebut Master List yang berisi rencana pembelian Alutsista selama lima tahun.

Master list tersebut isinya tidak menyebutkan secara spesifik mengenai misalnya Tank Leopard, tetapi karena ini tataran makro nasional, maka isinya adalah Main Battle Tank (MBT). Sedangkan implementasinya ditentukan dalam tingkatan yang lebih rendah lagi bukan di Sidang Kabinet.

Adapun proses selanjutnya, pada tanggal 28 Okotber 2011 Bapennas mengeluarkan Blue Book dan kemudian Menteri Keuangan mengeluarkan persetujuan dengan mengeluarkan Green Book atau Penetapan Sumber Pembiayaan pada tanggal 20 Desember 2011. Karena menurut Menhan, pembelian Alutsista yang ada di Master List harus menggunakan persetujuan Bapennas dan Menteri Keuangan.

“Jadi kalau melihat jangan melihat Blue Booknya tetapi melihatlah yang sudah direvisi dimana finalnya itu adalah dalam bentuk Green Book di Kemkeu yang diterbitkan tanggal 20 Desember 2011”, ujar Menhan.

Jika sudah disetujui melalui Green Book dan masih terdapat perubahan rencana pembelian masih dapat dilakukan jika hanya dalam rangka untuk mempercepat pembangunan kekuatan MEF pada tahun 2024 serta tidak menambah alokasi anggaran yang sudah ditentukan di dalam Green Book. Untuk implementasinya nanti ditentukan oleh tingkatan yang dibawah.

Mekanisme Pengadaan Alutsista

Adapun mengenai mekanisme proses pengadaan Alustista, Menhan menjelaskan berjalan secara Button Up yaitu dengan melibatkan user atau pengguna dalam hal ini dengan setiap Mabes Angkatan untuk menentukan spesifikasi jenis Alutsista yang akan diadakan.

Selanjutnya, rencana ini masuk kepada kebutuhan operasi di Mabes TNI dan selanjutnya diproses di Kemhan lewat Tim dibawah kendali Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) yang dipimpin oleh Sekjen. Kemudian selanjutnya diproses untuk kontrak perjanjian pinjaman oleh Kemku kemudian pencabutan tanda bintang di DPR.

“Jadi pada waktu proses pencabutan tanda bintang itu dibahas oleh High Level Committee (HLC) dan Tim Panja Alutsista DPR, dan itu diproses dalam rangka pencabutan tanda bintang di DPR, karena memakai uang APBN dan uang rakyat, kita menyadari betul makanya diproses bersama sama oleh pemerintah dengan wakil rakyat”, tambah Menhan.

Menhan menegaskan bahwa dalam setiap pengadaan Alutsista juga tetap berpedoman pada prinsip - prinsip yaitu semaksimal mengutamakan produk dalam negeri. Namun apabila itu belum memungkinkan dan terpaksa diadakan dari luar negeri maka akan diupayakan dilaksanakan secara G to G, produksi bersama, disertai alih teknologi (transfer of technology), dilakukan off set, dijamin keleluasan penggunaannya dan dijamin suku cadangnya.

Proses pengadaan Alutsista ini dilakukan secara berjenjang dengan melibatkan user atau pengguna dalam hal ini Mabes Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk menentukan spesifikasi tenis Alutsista yang akan diadakan.

Menhan juga menegaskan Kemhan berkomitmen untuk terus memelihara transparansi dan efisiensi serta akuntabilitas dalam pengadaan Alutsista TNI. Aspek pengawasan selalu menjadi perhatian utama untuk menghidari penyimpangan yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Tim HLC yang diketuai oleh Wamenhan, dan Tim Pencegahan dan Penyimpangan Pengadaan Barang dan Jasa (TKP3B) yang melibatkan BPKP, LKPP, Itjen Kemhan, Mabes TNI dan Angkatan dibawah pimpinan Irjen Kemhan.

Pada kesempatan tersebut, Menhan juga mengatakan selain memperkuat Alutsista TNI, Kemhan juga memperhatikan kesejahteraan para Prajurit TNI. Sejumlah kebijakan telah dikeluarkan Kemhan selama masa periode KIB II. Adapun peningkatan kesejahteraan Prajurit TNI yang telah dilaksanakan antara lain pemberian tunjangan khusus perbatasan, tunjangan kinerja, kenaikan Uang Lauk Pauk (ULP), kenaikan berkala, pemberian gaji ke-13, kenaikan santunan dan tunjangan cacat serta kenaikan Askes Kemhan/TNI dari 2 % menjadi 4% (UU BPJS).

Sumber: DMC

AS Kembali Tawari Hibah F-16

F-16 National Guard. (Foto: U.S Air Force)

15 Agustus 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Amerika Serikat kembali menawari hibah pesawat tempur F-16 saat Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto berkunjung ke negara itu pekan lalu.

"Mereka (AS) positif untuk menambah hibah lagi," kata Menhan kepada wartawan di Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu.

Pengiriman 24 pesawat F-16 bekas pakai yang sebelumnya telah direncanakan akan dihibahkan ke Indonesia, hingga kini belum terealisasikan.

Purnomo mengatakan, tawaran dari pemerintah AS itu akan dibicarakan kembali. Jika disetujui, maka akan sangat berpengaruh pada peningkatan kekuatan dirgantara karena jumlah skadron tempur TNI Angkatan Udara bisa naik hingga tiga kali lipat dari yang ada sekarang.

"Hibah ini akan mempercepat pencapaian program kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) TNI," ujarnya.

Ia mengaku tidak khawatir akan kemungkinan terjadinya halangan dalam proses realisasinya karena dimungkinkan situasi politik di Amerika Serikat berubah, jika Presiden Barack Obama gagal terpilih pada pemilihan mendatang karena rencana hibah tersebut telah melalui persetujuan parlemen setempat.

Di tempat yang sama, Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto tidak menjelaskan secara rinci berapa jumlah pesawat yang akan dihibahkan kembali oleh Amerika itu, namun pesawat yang akan dihibahkan itu memiliki spesifikasi yang sama dengan 24 unit F-16 yang lebih dulu dihibahkan.

Pesawat F-16 itu akan di `up grade` kemampuannya menjadi setara pesawat tempur F-16 Blok 52. Dengan up grade tersebut, maka pesawat akan mampu terbang dalam kurun waktu sekitar 15-20 tahun lagi.

Diperkirakan hingga 2014 nanti ada sekitar 45 alutsista bergerak, termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia.

Terkait penambahan jumlah pesawat tempur dan pesawat angkut yang akan dimiliki oleh TNI Angkatan Udara, Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Udara Marsda TNI JFP Sitompul mengatakan, TNI AU sudah melakukan rekruitmen penerbang setiap tahunnya sekitar 30 orang.

"Dengan rekruitmen yang berjalan tersebut, diprediksi penambahan puluhan pesawat akan tetap bisa diawaki," ujarnya.

EMB-314 Super Tucano Tiba Awal September

Batch perdana EMB-314 Super Tucano akan menjejakkan roda-rodanya di tanah Indonesia pada awal September nanti. Pesawat counter insurgence berteknologi canggih buatan Brazil ini akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 TNI AU di Malang.

"Lengkap satu skuadron, 16 unit Indonesia beli. Kebetulan saya baru pulang dari pabriknya, batch pertama Super Tucano tengah disiapkan. Keseluruhannya akan hadir pada 2014 nanti," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Madya TNI Eris Heryanto, di Jakarta, Rabu.

Super Tucano yang direncanakan akan datang pada batch pertama nanti sebanyak empat unit, namun belum diberi persenjataan lengkap kecuali kanon Browning 12,7 milimeter yang menjadi senjata standarnya. Dia didedikasikan menggantikan OV-10F Bronco buatan Rockwell, Amerika Serikat, yang dibeli baru pada 1975.

Bronco yang telah melahirkan empat kepala staf TNI AU itu dikandangkan sejak akhir 2007; banyak di antaranya menjadi monumen di banyak kota di Indonesia, dalam keadaan sangat tidak terawat.

Jika nanti tiba, maka perjalanan awal karir antara Bronco dan Super Tucano bisa mirip, keduanya langsung dipajang dan diterbangkan dalam upacara HUT ABRI (saat itu) dan TNI pada 5 Oktober. Bedanya, tiga unit Bronco yang baru datang pada 1975 itu langsung diterjunkan ke Timor Timur untuk menyapu perlawanan setempat.

Super Tucano juga akan ditempatkan di Skuadron Udara 21 yang berpangkalan di Pangkalan Utama TNI AU Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, sebagaimana Bronco dulu. Kedua pesawat beda generasi ini sangat pas untuk keperluan patroli dan intelijen ketinggian rendah, counter insurgence, close air support, pemotretan udara, dan patroli perbatasan, serta lain-lain.

Dalam Operasi Seroja di Timor Timur, banyak personel infantri TNI AD berterima kasih sekali pada Bronco yang terbang memberi close air support sehingga memecah kemampuan dan konsentrasi lawan.

Jika ditugaskan untuk patroli di garis perbatasan Kalimantan --sebagai misal-- Super Tucano diyakini bisa memberi kontribusi besar dengan arsenal tambahan yang memadai. Di antaranya adalah bom Mk-82, peluru kendali AIM-9 Sidewinder, hingga roket 30 milimeter yang ditempatkan di pod-nya.

Jika untuk tugas serupa di garis perbatasan Indonesia-Timor Timur di NTT, hal serupa juga bisa dia lakukan. Super Tucano bisa mendarat dan lepas landas di lapangan terbang dengan dukungan minimum sebagaimana halnya Bandar Udara Haliwen, di Atambua, Kabupaten Belu, yang berbatasan dengan Timor Timur.

Sumber: ANTARA News

Kemhan: Pengamanan Perbatasan Menjadi Prioritas

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri) dan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Helmy Faishal Zaini (dua kanan) melihat alat komunikasi yang akan didistribusikan ke pos pengamanan pulau terluar usai penandatanganan nota kerjasama antara Kemenhan dan Kementerian PDT di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (18/7). Kerjasama tersebut untuk mengakomodasi listrik, air bersih, dan alat komunikasi bagi TNI yang bertugas di kawasan perbatasan dan pulau terluar, antara lain berupa 600 solar cell (lampu hemat energi tenaga matahari) untuk 12 desk pengendali pusat kantor pertahanan pulau terluar dan daerah perbatasan. (Foto: ANTARA/Rosa Panggabean/ss/Spt/12)

15 Agustus 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyatakan pembangunan sarana dan prasarana di perbatasan dalam upaya pengamanan perbatasan menjadi prioritas, seperti instalasi listrik, air bersih, pos penjagaan dan alat komunikasi.

"Kemhan telah melakukan beberapa pembangunan sarana dan prasarana di perbatasan. Dari kementerian pertahanan ada dan dari Mabes TNI ada sendiri programnya," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Rabu.

Ia mengaku, sudah membagikan 600 solar cell untuk pengamanan perbatasan (pamtas) di pulau-pulau terluar, terkecil, dan pamtas di darat. Solar cell ini dukungan dari Kementerian ESDM.

"Memang tidak seperti panel surya, tapi itu cukup membantu kegiatan yang butuh penerangan," kata Purnomo.

Selain itu, sudah dibangun dua sarana air bersih masing-masing di Miangas dan Dana Rote. Sekarang ini sudah direncanakan untuk membangun di 10 pulau lagi, kerja sama dengan Kementerian PDT.

Jika 10 sarana itu terwujud, maka genap 12 pulau terluar memiliki sarana air bersih. Untuk pamtas darat, dilakukan survei geologi kerja sama dengan Kementerian ESDM untuk potensi air sumur bor," ucapnya.

Sementara untuk pos perbatasan, Kementerian Pertahanan memprioritaskan pembangunan di wilayah Kodam Tanjung Pura dan Kodam Udayana. Sedangkan untuk alat komunikasi, sekarang ini sedang diproduksi.

"Keempat sarana dan prasana tersebut akan diupayakan selesai pada 2014," kata Menhan.

Asrenum Panglima TNI Laksamana Muda TNI Among Margono menuturkan, perbatasan menjadi program prioritas Mabes TNI, dimana Indonesia memiliki tiga wilayah perbatasan di darat, yakni di Kalimantan (berbatasan dengan Malaysia), Papua (berbatasan dengan PNG), dan Timor (berbatasan dengan Timor Leste).

"Pembangun pos penjagaan menjadi prioritas untuk diwujudkan karena akan digunakan sepanjang tahun, oleh karenanya pembangunannya dilakukan secara permanen. Mabes TNI juga akan melengkapi hal-hal yang masih kurang," katanya.

Mabes TNI punya program menerangi seluruh pos perbatasan, meski dengan anggaran terbatas karena jumlah pos sangat banyak. Sementara ini yang baru terealisasi untuk pos penjagaan di Kalimantan. Tahun depan rencananya di Papua dan selanjutnya di Timor, tambah Among Margono.

Sumber: ANTARA News

Wednesday, August 15, 2012

TNI AL Beli 11 Helikopter Anti-Kapal Selam

AgustaWestland AW101 berkemampuan anti-kapal selam. (Foto: AgustaWestland)

15 Agustus 2012, Jakarta: Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut menambah alat utama sistem senjata (alutsista) dengan membeli 11 helikopter antikapal selam pada 2014, karena dua unit helikopter antikapal selam yang ada sudah dipensiunkan.

"Sebenarnya, kita sudah punya sejak tahun 1960 tetapi pada tahun 1970 sudah dipensiunkan. Pembelian helikopter tersebut untuk memenuhi target Minimum Essential Force (MEF) dan untuk pertahanan negara," kata Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Wakasal), Laksamana Madya Marsetio saat jumpa pers bersama Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (15/8).

Kendati demikian, jelas Marsetio, pihaknya masih membahas dengan Kementrian Pertahanan 11 jenis helikopter tersebut, apakah akan mendatangkan jenis Seasprite atau Agusta.

Selain pembelian helikopter antikapal selam, TNI AL juga akan menambah tiga kapal selam, dimana sudah melakukan kontrak dengan Korea Selatan untuk pembelian kapal selam tersebut.

"Saat ini ada dua kapal selam, dan akan membeli 3 unit lagi. Ini sudah kontrak dengan Korea Selatan. Rencananya 2015 itu baru akan datang," jelasnya.

Menurut dia, Singapura dan Malaysia telah memiliki lima unit kapal selam. Oleh karena itu, Indonesia perlu menambah tiga unit kapal selam.

"Idealnya enam unit kapal selam. Namun, penambahan kapal selam ini akan dilakukan secara bertahap," ujar Wakasal.

Sumber: Investor

Polandia Berencana Gantikan Jet Tempur Tua dengan UCAV

Su-22 Mirosławiec AU Polandia. (Foto: Bartosz Bera)

15 Agustus 2012, Warsawa: Polandia berencana menganti pesawat tempur tua buatan Uni Sovyet Sukhoi Su-22 dengan Unmanned Combat Air Vehicle (UCAV), diungkapkan Wakil Menteri Pertahanan Polandia Waldemar Skrzypczak pada televisi TVN24, Selasa (14/8), dikutip RIA Novosti.

“Kami sedang mempelajari kemungkinan pergantian armada Su-22 kami dengan sistem nir-awak jarak jauh berkemampuan daya gempur tinggi,” ucap Skrzypczak pada program Polandia dan Dunia.

Polandia berminat membeli sekitar 30 UCAV hingga 2018 untuk tiga skuadron. Skrzypczak bertanggung jawab pembelian alutsista, tidak menyebutkan secara jelas negara pembuat UCAV.

Polandia sedang mempertimbangkan juga pembelian pesawat angkut serbaguna, kemungkinan dari Israel, dianggap telah berpengalaman mengubah pesawat sipil menjadi militer.

Sumber: RIA Novosti
@Berita HanKam

TNI Gelar Latihan PPRC di Natuna


15 Agustus 2012, Jakarta: Untuk terus melatih kesiapan prajuritnya, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menggelar latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Natuna. Kegiatan ini sendiri merupakan latihan rutin tahunan yang biasa di gelar TNI.

Hal ini seperti diungkapkan Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksda TNI Iskandar Sitompul. "Ini kan pasukan pemukul reaksi cepat, kita latihkan kesiapan dia terus. Itu memang program tahunan kita," ujar Iskandar, kepada wartawan, seusai acara buka puasa bersama wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/8/2012) malam.

Latihan itu sendiri, menurut rencana, di jadwalkan pada Agustus sampai September 2012. Latihan akan diawali dengan Geladi Posko di Cilodong dan Geladi Lapangan di Natuna.

Iskandar mengatakan, latihan di Natuna akan melibatkan 2500 personel. "Kita nanti gabungan dengan TNI AD, TNI AL dan TNI AU," ujar Iskandar.

Dalam latihan di Natuna itu akan ada 4 KRI, 2 Pesawat angkatan laut, dan AU mengerahkan 1 pesawat intai patroli maritim, empat pesawat hawk, serta enam pesawat Hercules untuk penerjunan dan sebuah helikopter.

Pada akhir November 2012, TNI juga berencana akan melaksanakan latihan di Sangatta, Kalimantan Timur. "Dan akhir dari semuanya, kita akan latihan gabungan di Sangatta (Kalimantan Timur). Itu melibatkan banyak nanti, ada 13.000 personel. Itu akan kita kerahkan semuannya dari internal kita," kata Iskandar.

Sumber: KOMPAS

Sukhoi dan Fighting Falcon Latihan "Fly Pass"

Sukhoi dan Fighting Falcon TNI AU diparkir di Lanud Halim Perdanakusumah setelah selesai berlatih terbang formasi. (Foto: TNI AU)

14 Agustus 2012, Jakarta: Pesawat Sukhoi dan F-16 latihan terbang melintas di atas Istana Merdeka pada gladi pertama, Selasa (14/8). Latihan Fly-pass ini dalam rangka upacara peringatan HUT RI ke-67 yang rencananya akan dipimpin oleh Kepala Negara Susilo Bambang Yodhoyono.

Komandan Skadron Udara 3 “Dragon F-16” Letkol Pnb Ali Sudibyo memimpin formasi “Double V” Garuda Elemen 1 yang terdiri dari lima pesawat F-16, sedangkan Komandan Skadron Udara 11 “Thunder Sukhoi” Letkol Pnb M. Untung Suropati memimpin formasi Garuda Elemen 2.

Garuda Flight merupakan call-sign yang digunakan, terbang melintas dengan ketinggian 1500 feet dengan kecepatan 420 knots. Sukhoi mengangkasa pukul 09.58 WIB diikuti F-16 pukul 10.00 WIB. Namun sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi awak pesawat atau Pre Flight Check (PFC).

Menurut Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsma TNI A. Adang Supriyadi, SE; kegiatan ini merupakan sebentuk kehormatan dan penghargaan Pimpinan Negara kepada TNI AU. Sebab, ini kali kedua, pesawat-pesawat kebanggaan milik bangsa Indonesia, mengisi perayaan HUT Kemerdekaan RI. Yakni tahun 2011 dan 2012 pada bulan Agustus ini.

Rencananya akan dilakukan gladi kedua pada esok hari, Rabu (15/8). Turut pula mendukung keberhasilan aktivitas ini adalah pesawat NAS 332 Super-Puma sebagai kesiapan SAR. Ini sudah merupakan standar operasional. Pesawat ini siap untuk mendukung pergerakan pesawat tempur seandainya terjadi emergency-eject. “Kemana pesawat tempur pergi pasti ada heli stand-by selaku penanggungjawab pertolongan saat darurat”, tandas Kapten Pnb Guruh Mahardika pemimpin NAS 332 Super-Puma.

Sumber: TNI AU

Delapan Super Tucano Perkuat TNI AU Tahun Ini

Upacara penyerahan empat unit Super Tucano di Embraer, Brazil. Pesawat dibawa secara terbang ferry dari Brazil ke Indonesia. (Foto: Embraer)

14 Agustus 2012, Jakarta: Sebanyak empat unit pesawat Super Tucano akan tiba di Tanah Air pada tanggal 28 Agustus 2012 mendatang. Selanjutnya, tiga bulan lagi 4 unit pesawat Super Tucano juga tiba di Indonesia sehingga pada tahun 2012 ada delapan unit Pesawat Super Tucano untuk mengisi Skuadron Udara 21 Lanud Abdul Rachman Saleh.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul pada acara buka puasa bersama wartawan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/8).

Menurut Kapuspen TNI, pemenuhan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI mengacu pada konsep Minimum Essential Forces (MEF) dan Rencana Strategis Pertahanan Jangka Panjang dengan menitikberatkan penggunaan hasil produksi industri strategis dalam negeri.

Pengadaan alutsista TNI dari luar negeri dilakukan apabila industri strategis dalam negeri belum mampu memproduksi peralatan tersebut dan tidak ada unsur politis dari negara produsen.

Iskandar menjelaskan, modernisasi alutsista TNI pada 2010-2014 fokus pada alutsista bergerak seperti pesawat tempur dan kapal selam. Target tersebut bertujuan untuk membangun postur pertahanan negara yang lebih tangguh.

Pada bagian lain, Kapuspen TNI menyatakan pembangunan Pangkalan Militer AS di Darwin, Australia, tidak akan mengganggu kedaulatan Indonesia. AS dan Australia bahkan menjalin kerja sama erat di bidang kemanusiaan. Kedua negara tersebut sudah memberikan klarifikasi bahwa pembangunan pangkalan tidak mengganggu kedaulatan Indonesia.

Sumber: Jurnas

Tuesday, August 14, 2012

Lanal Sibolga Diperkuat Kapal Patroli Jenis Combat Cat X-38


14 Agustus 2012, Sibolga: Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Sibolga di bawah Lantamal II Padang menerima satu unit kapal Patroli Keamanan Laut (Patkamla) jenis Combat Cat X-38 Combat dari Dinas Material dan Perbekalan Koarmabar, Senin (13/8).

Kapal diangkut menggunakan KRI Teluk Sibolga-536 dan diterima Danlanal Letkol (P) Ivan Gatot Prijanto, SE., di dermaga Pelabuhan Sambas, Sibolga disaksikan Wakil Bupati Tapanuli Tengah, Komandan Distrik Militer (Dandim) dan Kepala Polisi Resort (Kapolres) serta Kepala Pengadilan Sibolga.

Kapal jenis Combat Cat X-38 Combat diproduksi PT. Lundin Industry Invest, Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki spesifikasi bottom dua buah lunas dengan dua mesin Marine Diesel VGT 400 PK bertenaga 220 HP buatan Swedia serta dilengkapi dengan alat navigasi dan komunikasi modern.

Kapal memiliki kecepatan jelajah maksimal 40 knot dilengkapi juga dengan senapan mesin jenis M 240 Kaliber 7,62 atau M 60 Kaliber 7,62 dan dapat diganti peluncur Granat Kaliber 40 mm. Kapal cepat yang diawaki empat personel tersebut mampu mengangkut hingga dua puluh orang dengan persenjataan lengkap.

(Foto: North Sea Boats)

Danlanal Sibolga pada kesempatan tersebut mengatakan, kehadiran Combat Cat X-38 Combat di Lanal Sibolga diharapkan mampu menambah kekuatan unsur dalam meningkatkan keamanan, pengawasan serta penegakan hukum di laut secara maksimal di wilayah kerja Lanal Sibolga.

Sumber: Dispenarmabar
@Berita HanKam

Sukhoi Tuntaskan Latma Pitch Black 2012

14 Agustus 2012, Darwin: Direktur Latma Pitch Black Captain Kitcher dan Mayor Palito mewakili TNI AU bertukar cenderamata, setelah TNI AU menyelesaikan Latma dan kembali ke tanah air, Minggu (12/8). (Foto: RAAF)

Personil TNI AU, RAAF, dan RNZAF peserta Latma Picth Black 2012 befoto bersama di depan Sukhoi Su-27 Flanker TNI AU. Sukhoi mendapatkan perhatian khusus dari RAAF karena pesawat tempur ini pertama kali dikirimkan TNI AU ke luar negeri untuk berlatih bersama dan pertama kalinya RAAF mendapatkan akses menyaksikan langsung Sukhoi TNI AU. (Foto: RAAF)

Awak darat melakukan perawatan dan perbaikan sebelum Sukhoi terbang kembali ke tanah air. (Foto: RAAF)

Sumber: RAAF
@Berita HanKam

Monday, August 13, 2012

F-16 dan Sukhoi Meriahkan HUT RI ke-67

Sukhoi Su-27 Flanker TNI AU. (Foto: RAAF)

13 Agustus 2012, Jakarta: Satu flight pesawat tempur TNI Angkatan Udara F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahyudi, Madiun dan satu Flight pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin, Makasar masing-masing yang dibawah kendali langsung oleh Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Ali Sudibyo dan Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb M. Untung Suropati mendarat di Lanud Halim Perdankusuma, Senin (13/8).

Kedatangan pesawat F-16 Fighting Falcon dan Sukhoi di Lanud Halim Perdanakusuma tersebut dalam rangka akan ikut serta memeriahkan HUT ke-67 Kemerdekaan Repubilk Indonesia dengan melakukan Fly Pass di area udara Istana Negara.

Sumber: TNI AU

TNI Kirim Helikopter ke Kongo

(Foto: Media Indonesia)

13 Agustus 2012, Jakarta: Pasukan penjaga perdamaian Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di Kongo, Kontingen Garuda XX-I/MONUSCO, tahun ini direncanakan diperkuat dengan Satgas Helikopter. Sebelumnya, Satgas Helikopter untuk misi PBB di Kongo, Afrika diemban oleh pasukan dari India.

Perwira Penerangan Konga XX-I/Monusco Lettu Cku Sulikan dalam siaran pers, Sabtu (11/8) mengatakan, terkait rencana penempatan Satgas Heli di Konga XX-I/MONUSCO tersebut, tim Recce Satgas Helly dari TNI telah melakukan pengecekan ke lokasi pada Jumat (10/8). Satgas Heli itu rencananya akan bergabung dengan Konga XX-I/MONUSCO atau juga dikenal Indonesian Engineering Company yang terlebih dahulu telah melaksanakan tugas di Kongo. Secara keseluruhan, Indonesia telah melaksanakan tugas di Kongo sembilan tahun dengan masa pergantian per tahun.

Setelah menerima paparan singkat dari Komandan Satgas Letnan Kolonel Czi Sapto Widhi Nugroho tentang situasi keamanan, kegiatan satgas, pekerjaan yang telah, akan dan sedang dikerjakan, Tim Recce Satgas Heli TNI melaksanakan diskusi dengan staf Air Ops Monusco yang berada di wilayah Dungu.

"Dilanjutkan meninjau lokasi penempatan Satgas Heli, mengelilingi Helipad, dan Airport Dungu sepanjang 2,5 kilometer," ujarnya.

Rombongan juga sempat meninjau seluruh camp diantaranya, gudang senjata dan amunisi, gudang sparepart, dan rumah genset. Tak luput dari pantauan adalah gudang makanan basah dan kering, penyimpanan obat, serta alat-alat berat Zeni.

Ketua tim Laksamana Pertama TNI Budihardja Raden mengatakan, jika tidak ada halangan dan disetujui oleh pimpinan, maka di akhir tahun ini Satgas Heli sudah bisa diberangkatkan untuk tugas ke Kongo, menggantikan satgas sebelumnya. "Akan menggantikan negara India yang ditarik pulang ke negaranya," ujarnya.

Budihardja yang menjabat sebagai perwakilan tetap Republik Indonesia di Dewan Keamanan PBB di New York itu berpesan agar alat-alat yang sudah cukup tua tidak menjadi hambatan bagi prajurit menunaikan tugasnya. Sebaliknya, itu tantangan yang harus mampu dihadapi dengan bekerja keras.

Sumber: Suara Karya

Sunday, August 12, 2012

Satelit Buatan Indonesia Siap Diluncurkan 2013


12 Agustus 2012, Bandung: Indonesia siap mengorbitkan satelit hasil karya anak bangsa. Rencananya satelit dengan nama A2 ini akan diluncurkan ke orbit pada Juni 2013 di India.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Bambang S Tedja mengatakan, pengerjaannya sudah selesai dan tinggal menunggu peluncurannya saja. ”Sudah dites juga,tinggal diluncurkan. Sebelum peluncuran kami simpan sambil terus dijaga fungsionali tasnya, ”katanya seusai penutupan Ritech Expo 2012 di Auditorum Sasana Budaya Ganesa, Jalan Tamansari, Kota Bandung,kemarin.

Menurut dia, serangkaian proses uji coba telah dilakukan pada satelit A2 ini, antara lain uji solar cell,uji center of grafity, uji air bearing seluruh fungsi kontrol, dan uji transportasi. Satelit ini juga diuji oleh tim ahli dari Berlin, Jerman yang menjadi tempat pembuatan satelit pendahulu A2, yaitu A1 yang saat ini masih beroperasi. Soal pemilihan India menjadi tempat peluncuran satelit Indonesia,menurut dia, Indonesia memiliki kerja sama dengan India.

Tapi, tidak menutup kemungkinan pada tahap selanjutnya Indonesia akan bekerja sama dengan China. Meski satelit yang akan di orbitkan ini diklaim sebagai produk Indonesia yang pertama dengan waktu pembuatan dua tahun ini,tapi tidak semua bahannya menggunakan bahan lokal karena keterbatasan material yang ada di Indonesia. Sehingga hanya struktur satelit saja yang berasal dari dalam negeri. Satelit A2 akan digunakan untuk memantau permukaan bumi, termasuk mengetahui kapal apa saja yang ada dipermukaan laut.

Selain itu, satelit juga akan dimanfaatkan untuk membantu penanganan bencana,salah satunya untuk koordinasi bidang komunikasi pada radio-radio amatir. Untuk pusat datanya, stasiun pengendali satelit berada di Rumpin,Bogor. ”Selanjutnya kami akan terus melakukan pengembangan dan menciptakan satelit A3,A4, bahkan satelit yang lebih besar,”ucapnya.

Selain siap mengorbitkan satelit A2,pada penutupan Ritech Expo 2012 juga dilakukan penandatanganan selesainya roket RHAN 122 dan pesawat tanpa awak buatan dalam negeri. Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek Amin Soebandrio mengatakan, Indonesia tidak kalah dengan negara lain soal teknologi. ”Untuk kita harus terus dorong peneliti Indonesia agar mau mengembangkan potensi Indonesia. Misalnya tanaman obat sehingga bisa menjadi produk nasional,” jelasnya.

Sumber: SINDO