Wednesday, November 2, 2011

PT DI Nyatakan Mampu Remajakan F-16


2 November 2011, Bandung (Jurnas.com): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan kemampuannya untuk melakukan retrofit (peremajaan) pesawat, termasuk pesawat tempur F-16 yang akan dihibahkan Amerika Serikat pada Indonesia melalui TNI AU.

Direktur Teknik Teknologi dan Pengembangan PT DI Dita Ardonni Jafri mengatakan, yang dibutuhkan PT DI hanya kepercayaan dan penghargaan.

“Jika tak sesuai dengan penghargaan yang kami terima, buat apa,”kata Ardoni di Bandung Jawabarat, Selasa (1/11).

Menurut Donni, lebih baik PT DI tidak dilibatkan jika nilai proyek retrofit pesawat tersebut tidak sesuai. “Kalau nilainya signifikan kita kerjakan tapi jika tidak PT DI tidak perlu dilibat," imbuhnya.

Soal kemampuan, Donni meyakinkan PT DI mampu mengerjakan proyek tersebut. Dia katakan, PT DI sudah terbiasa melakukan integrasi untuk avionik. Untul hal seperti ini, PT DI sudah memiliki pengalaman saat mengintegrasikan pesawat di Turki.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat berdalih retrofit F-16 hibah dari Amerika Serikat tidak dilakukan di Indonesia karena beban biaya membawa pesawat ke tanah air dan ketidaklengkapan alat serta sumber daya PT DI.

Lisensi Habis, PT DI Butuh Proyek Pengembangan Pesawat


Akibat krisis keuangan yang sempat menimpa PT Dirgantara Indonesia, perusahaan pesawat terbang nasional ini kehilangan lisensi beberapa pesawat yang sebelumnya bisa diproduksi.

Direktur Teknik Teknologi dan Pengembangan PT. DI Dita Ardonni Jafri berharap, pemerintah dapat memberi bantuan agar PT DI bisa terus hidup.

"Lisensi produksi helikopter kita telah habis,"kata Ardonni di kantor PT DI di Bandung Jawa Barat, Selasa (1/11).

Menurut dia, habisnya lisensi pembuatan pesawat ini dikarenakan PT DI telah mencapai kapasitas produksi yang ditentukan. Untuk mengatasi persoalan ini, Ardonni berharap pemerintah dapat membantu dengan memberikan proyek pembuatan pesawat agar PT DI dapat terus hidup.

Namun, menurut Ardonni, akan lebih baik jika pemerintah memberikan proyek jangka panjang agar pengembangan pesawat baru bisa terus dilakukan.

“Selama ini pemerintah memberikan proyek setahun, setahun. Ini membuat kami kesulitan. Lebih baik jangka panjang, dengan jumlah yang besar,”kata Ardonni.

Lisensi milik PT DI yang saat ini telah habis diantaranya lisensi untuk helikopter Super Puma dan NBell-412.

Selain itu, ada beberapa pesawat yang akan dikembangkan PT DI. CN-235 Next G, Pesawat Twin Outer N-219 yang difungsikan untuk pengamanan wilayah Indonesia bagian timur, IF-X / KF-X yang merupakan Joint Production dengan Korea Selatan, Roket RHan 122 yang sekarang sudah dipesan Kemhan sebanyak 1000 buah, dan helikopter tempur Bumblebee. “Tapi kalau tak ada proyek, kami tak bisa melakukan pengembangan ini,”kata Ardonni.

Pemerintah Komitmen Bangun Industri Pertahanan

Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskomblik) Kementerian Pertahanan Brigjen Hartind Asrin mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk menggunakan alutsista dalam negeri. Komitmen ini turut didukung DPR yang meminta TNI/Polri untuk menggunakan produk alutsista dalam negeri.

Menurut Kapuskomblik, komitmen pemerintah terlihat dari pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang bertujuan mencapai kemandirian alutsista.

“Dengan adanya komitmen ini, ke depan industri pertahanan akan lebih maju,” katanya di Bandung, Jawa Barat (1/11).

Selain itu, saat kunjungannya untuk melihat prototipe pesawat C-295 26 Oktober lalu, presiden telah menginstruksikan untuk menghidupkan PT DI.

Hartind menambahkan, sebagai salah satu komitmen pengembangan PT DI, industri pesawat terbang ini telah menandatangani kontrak untuk permodalan senilai 2 triliun rupiah dengan Bank Rakyat Indonesia.

“Pengucuran dana akan dimulai pada 2012, sebesar Rp 1 triliun,” katanya.

Sumber: Jurnas

Tuesday, November 1, 2011

Pesawat Tempur dan 3 Kapal Perang Amankan KTT ASEAN


1 November 2011, Denpasar (MICOM): KTT ASEAN yang akan digelar di Nusa Dua Bali tanggal 17 hingga 19 November nanti sudah menjadi sorotan dunia.

KTT ASEAN kali ini akan dihadiri oleh sekitar 18 kepala negara termasuk Presiden AS Barack Obama dan dua pejabat senior PBB dan para pejabat ASEAN setingkat kepala negara.

Tentunya, TNI akan melakukan pengamanan secara ketat. Terkait pola pengamanan tamu peserta dan tamu negara VVIP, Kodam IX Udayana, mengerahkan ribuan personel TNI/Polri yang diperkuat unsur keamanan lainnya, di antaranya satu Kompi Pasukan Khusus (Pakhas) TNI AU dan 4 pesawat tempur jenis F 16 yang saat ini sudah disiagakan wilayah Bali.

Keberadaan pesawat tempur F 16 tersebut disiapkan untuk mengawal pesawat-pesawat yang mengangkut kepala negara dan peserta KTT ASEAN.

Sementara itu, Pangkalan Angkatan Utama TNI Angkatan Laut V Denpasar juga telah menyiagakan tiga kapal perang untuk mengamankan jalur laut dalan KTT ASEAN. Ketiga Kapal didatangkan dari pangkalan TNI Laut Surabaya.

"Ketiga Kapal perang itu disiagakan 6 hari sebelum hari H KTT ASEAN. Salah satunya ditempatkan di kawasan Nusa Panida, dan terkonsentrasi di selatan dan utara Bali," jelas Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut I Wayan Suarjana, Selasa (1/11).

Ia menegaskan, kendati tidak ada pengamanan khusus terkait kedatangan Presiden Barack Obama dengan menyertakan Kapal Induk AS, pihaknya belum mendapat konfirmasi dari rekan sejawat mereka di AS.

"Pelaksanaan pengamanan wilayah Bali, dan pertahanan laut di kawasan Indonesia, jelang KTT sampai berakhir tetap menerapkan pola pengamanan TNI AL sendiri, tidak melibatkan pihak asing, termasuk AS," tandas Suarjana.

Pola pengamanan di laut, kata Kolonel Laut I Wayan Suarjana, dilakukan sistem penyekatan. Sekitar 600 orang personel melakukan patroli dengan kapal di utara dan selatan, dibantu tim intelijen yang saat ini sudah melaksanakan tugas mereka dijalur tikus.

"Seluruh kekuatan akan dikerahkan. Seluruh kesatuan dan kekuatan personel yang ada akan dikerahkan untuk melakukan pengamanan," ujar Pangdam IX Udaya Mayjen TNI Leonard Louk, dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, dalam beberapa pekan terakhir seluruh staf yang ada di Kodam IX Udaya bersama Polri telah melakukan peninjauan di daerah perbatasan di Bali baik di Gilimanuk Bali barat maupun di Padangbai Bali Timur.

Pengamanan seluruh pintu masuk saat ini sudah memenuhi standar dan akan terus ditingkatkan menjelang hari H nanti.

Sumber: MI.com

Malaysia Ingin 32 Unit Panser Pindad

Bagian dalam panser Anoa. (Foto: Berita HanKam)

1 November 2011, Bandung (KOMPAS.com): Malaysia berniat membeli 32 unit panser pengangkut pasukan (Armoured Personnel Carrier-APC) Anoa 6x6.

Direktur Pengembangan PT Pindad Tri Haryono, dalam pertemuan dengan Kementerian Pertahanan di Bandung, Selasa (1/11/2011), menjelaskan, satu unit Anoa dijual dengan harga 1 juta dollar AS (sekitar Rp 9 miliar).

"Kita mengalahkan produk Korea Selatan dan Perancis. Sekarang sedang tahap akhir dan mudah-mudahan semua lancar," kata Tri.

Anoa sudah menjalani pelbagai uji teknis di Malaysia. Produk tersebut dikembangkan PT Pindad sejak tahun 2004.

Sumber: KOMPAS

PT Pindad Kembangkan Panser Canon

Panser canon Anoa dipamerkan di Indo Defense 2008. (Foto: Berita HanKam)

1 November 2011, Bandung (Jurnas.com): PT Pindad akan melakukan pengembangan Panser Canon 6x6. Pengembangan yang didasarkan pada Panser 6x6 Anoa ini, akan menghasilkan Kavaleri (Canon 90 mm) dan Infanteri Fighting Vehicle (Canon 20 mm). “Rencananya kami akan melakukan kerja sama dengan Korea Selatan pada 2012,” kata Direktur Produk Manufaktur Tri Hardjono di Bandung Jawa Barat, Selasa (1/11).

Pengembangan panser ini, tambah dia, juga untuk mendukung satuan Korps Marinir TNI AL terhadap kebutuhan kebutuhan panser amfibi. Selain itu, PT Pindad akan melakukan peremajaan medium tank dengan perkiraan harga per unit mencapai Rp 35 miliar. “Pengembangannya memakan waktu 1,5-2 tahun,” kata Tri.

Dia berharap, pada 2014 nanti, medium tank ini sudah bisa unjuk kemampuan di hadapan masyarakat. Tri juga mengatakan, perusahaan BUMN Industri Pertahanan itu akan menjalankan program retrofit tank AMX-13 beroda rantai untuk peningkatan daya gerak, daya gempur, fungsi optik, dan komunikasi.

Menurutnya, program ini akan memakan anggaran Rp400 miliar selama lima tahun. “Ini kami lakukan dalam rangka proses penguasaan rancang bangun dan industrialisasi ranpur kanon Indonesia,” katanya.

PT Pindad Butuh Dukungan Pemerintah

Indonesia yang tengah gencar melakukan pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk mengejar minimum essential forces membuka pasar industri pertahanan semakin lebar. Namun begitu, BUMN Industri Pertahanan Indonesia, masih kesulitan menyesuaikan tantangan ini. “Kebutuhan alutsista 2010-2014 ini cukup besar, munisi untuk pemenuhan MEF juga besar, tapi kami masih terkendala dalam pemenuhannya,” kata Direktur Produk Manufaktur PT Pindad Tri Hardjono di Bandung Jawa Barat, Selasa (1/11).

Tri menjabarkan, kondisi PT Pindad saat ini memerlukan dukungan untuk bangkit. Mesin produksi yang dimiliki PT Pindad saat ini, kata dia, kurang optimal sehingga berdampak pada hasil produksi. SDM yang dimiliki rata-rata memasuki usia tak produktif yaitu 43 tahun. Selain itu, beban fixed cost yang tinggi, dan modal kerja yang sangat terbatas membuat PT Pindad tak bisa bekerja secara optimal.

Padahal, menurut Tri, peluang pasar kebutuhan alutsista pada 2010-2014 cukup besar. Dia mencontohkan, kebutuhan senjata ringan (jatri) dan senjata pokok (jatpok) pada periode tersebut mencapai 126.248 pucuk atau senilai Rp1,315 miliar. Kendaraan taktis mencapai 693 unit atau senilai Rp339 miliar, dan kendaraan tempur 424 unit atau senilai Rp. 10,782 milyar. “Keseluruhan peluang pasar mencapai Rp13,664 miliar,” kata Tri.

Untuk memenuhi MEF, lanjut Tri, kebutuhan terhadap munisi juga besar. Dia mencontohkan, kebutuhan munisi kaliber kecil mencapai 675.623.042 butir atau senilai Rp2,649 miliar. Granat meriam sekitar 1.546.617 buah atau bernilai Rp5,954 miliar. “Keseluruhan nilainya mencapai Rp12,781 miliar,” katanya.

Sumber: Jurnas

Pesawat tak Berawak Bisa Diam di Udara Selama 4 Hari


1 November 2011, Sacramento (PRLM): Penerbangan perdana pesawat tak berawak revolusioner yang dapat tinggal di udara selama empat hari di ketinggian 65.000 kaki, kini tinggal beberapa hari lagi.

Phantom Eye, yang dibuat oleh divisi rahasia Boeing Phantom Works, berbahan bakar hidrogen dan dirancang untuk melaksanakan misi pengawasan dan pengintaian di ketinggian.

Penerbangan perdananya akan berlangsung di Edwards Air Force Base di California dan diperkirakan berlangsung antara empat dan delapan jam.

Teknologi pesawat tanpa awak yang sedang dikembangkan oleh Phantom Works ini, suatu saat akan memicu pertempuran udara antara pesawat tak berawak.

"Phantom Eye adalah yang pertama dari jenisnya dan bisa membuka pasar baru dalam pengumpulan data dan komunikasi," kata Darryl Davis, presiden Boeing Phantom Works, seperti dikutip laman Daily Mail, Senin (31/10).

"Sistem propulsi hidrogen akan menjadi kunci keberhasilan Phantom Eye. Hal ini sangat efisien dan menawarkan bahan bakar yang lebih ekonomis, dan produk sampingnya hanya air," tambahnya.

Sumber: PRLM

Monday, October 31, 2011

Dislitbangal Laksanakan Penelitian Berbagai Peralatan Tempur


31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Laut (Dislitbangal) saat ini tengah melaksanakan penelitian pembuatan sepatu PDH yang cocok bagi Anak Buah Kapal (ABK).

Demikian dikatakan Kadislitbangal Laksamana Pertama TNI Tri Santosa dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Sekdislitbangal Kolonel Laut (T) J.R Duapadang, S.E dalam apel khusus, Senin (31/10) di Mabesal, Cilangkap Jakarta Timur

Selain sepatu PDH, menurut Kadislitbangal, kegiatan lain yang sedang berlangsung diantaranya penelitian dan pengembangan rancang bangun kapal patroli Catamaran, pembuatan armor bahan komposit untuk rantis, pembuatan akustik Jammer bawah air, penelitian dan rancang bangun kendaraan Amphibi Angkut Personel (APC), penyempurnaan sky diving dan beberapa penelitian di bidang manajemen.

Selain itu Dislitbangal juga melaksanakan penelitian yang didanai Kemenristek seperti rancang bangun ranpur amphibi jenis BMP, ranpur Amphibi roda rantai, penelitian dan pembuatan senjata perorangan bawah air jenis APS,dan lain-lain. “Hal ini menunjukan Dislitbangal sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL, yang mengemban tugas pokok menyelenggarakan pembinaan fungsi dan kegiatan penelitian tetap konsisten melaksanakan kegiatan litbang yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan operasional guna mendukung kesiapan alutsista TNI Al serta mewujudkan kemandirian di bidang pertahanan matra laut, ” kata Kadislitbangal.

Pada bagian lain Kadislitbangal menyampaikan juga bahwa saat ini Dislitbangal secara aktif menjalin kerjasama dengan institusi lain baik dari dalam maupun dari luar TNI AL dalam rangka untuk mengetahui peta kemampuan SDM dalam negeri yang memiliki kompetensi dalam mendesain dan membuat sebuah produk tertentu di bidang pertahanan.

Di akhir sambutannya, Kadislitbangal mengajak seluruh prajurit dan PNS TNI AL untuk dapat berperan dan ikut serta dalam lomba kreativitas prajurit yang dilaksanakan Dislitbangal. Dengan banyaknya judul yang masuk maka makin banyak pula ide-ide kreatif yang datang dari personel guna mendukung organisasi. “Sebagai institusi litbang di lingkungan TNI AL tentunya sangat membutuhkan sumbang saran dari semua fihak seperti ide-ide positif dan kreatif agar kemajuan organisasi TNI AL dapat tercapai,” tandasnya.

Sumber: TNI AL

TNI AL Gelar Latihan Armada Jaya ke-30

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno (dua kanan) didampingi Pangarmatim, Laksamana Muda TNI Ade Supandi (tiga kanan) melihat persiapan Operasi Armada Jaya (AJ) dengan sandi Armada Jaya XXX/11 di Gedung Puslatkaprang Kolat Koarmatim Ujung Surabaya, Senin (31/10). Operasi Amfibi (opsfib) yang melibatkan seluruh jajaran komando utama operasi TNI AL di sekitar perairan Sangatta, Kalimantan Timur pada 7-17 November 2011, tersebut bertujuan untuk mengukur kesiapan prajurit dan kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista), serta komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam menjaga keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/ama/11)

31 Oktober 2011, Jakarta (Dispenal): TNI AL menggelar latihan terbesarnya dengan nama “Armada Jaya ke-30 Tahun 2011”. Kegiatan latihan ini akan melibatkan seluruh Komando Utama Operasi TNI AL berikut unsur pendukungnya seperti Pomal, Kesehatan, Psikolog dan Hukum dengan kekuatan yang digelar sebanyak 23 unsur KRI dan 3.391 personel. Hal itu disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno saat membuka Latihan Armada Jaya ke-30 Tahun 2011, Senin (31/10) di Markas Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.

Kegiatan Latihan Armada Jaya ke-30 ini mencakup Gladi Posko I dan Manuver Lapangan (Manlap) pada tanggal 7 -17 November 2011 yang intinya melaksanakan serbuan amfibi di wilayah pantai. Dipilihnya wilayah perairan Sangatta Kalimantan Timur dan sekitarnya sebagai skenario, menurut Kasal karena didasari pertimbangan strategis yang dikaitkan dengan kemungkinan potensi konflik yang terjadi sebagai pengaruh dinamika lingkungan strategis yang cepat dan dinamis.

Masih menurut Kasal, diharapan apabila sewaktu-waktu terjadi perubahan situasi yang tidak diinginkan dan mengharuskan melaksanakan operasi laut di wilayah tersebut, maka TNI AL telah memiliki konsep operasi yang siap untuk dilaksanakan. “Untuk itu seluruh pengendali latihan hendaknya mampu mengarahkan pada situasi yang seaktual mungkin,” tandasnya.


Kasal menegaskan, Latihan Armada Jaya merupakan latihan puncak tahunan TNI AL yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesiapan komponen Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Disamping itu, latihan ini juga merupakan sarana untuk meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut dalam rangka menghadapi dan mengantisipasi kemungkinan ancaman yang dapat mengganggu kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Kasal lebih lanjut, diharapkan pelaksanaan latihan ini dapat memenuhi berbagai aspek operasi seperti pelaksanaan di medan yang sesungguhnya, sehingga kegiatan ini dapat memenuhi urgensi latihan, yang secara umum ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan kontinjensi khususnya di daerah operasi wilayah timur dengan mengaplikasikan proses perencanaan operasi amfibi, operasi laut gabungan dan operasi pendaratan administrasi, sekaligus menguji doktrin serta pemahaman akan semua prosedur yang berlaku di dalamnya.

Kasal juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 akan dilaksanakan Latihan Gabungan TNI sesuai siklus latihan puncak TNI empat tahunan. Oleh karena itu, lanjut Kasal, Latihan Armada Jaya ini juga dimanfaatkan sebagai latihan parsial untuk latihan gabungan tersebut. “TNI AL harus mempelajari pokok-pokok hasil Latgab yang lalu sehingga dapat menyongsong Latgab TNI 2012 dengan kesiapan yang prima,” katanya.

Sumber: TNI AL

Diskomlek Koarmatim Tingkatkan Kemampuan Peperangan Elektronika


30 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Dinas Komunikasi dan Elektronika (Diskomlek) Koarmatim meningkatkan kemampuan guna mengatisipasi terjadinya peperangan elektronika yang semakin komplek. Hal itu diwujudkan dalam Latihan Interoperability yang dilaksanakan di Setasiun Pemancar (Stascar) milik TNI AL di Pasuruan Sabtu, (29/10). Kegiatan itu diikuti oleh 162 personel Diskomlek Koarmatim kurang lebih selama tiga hari.

Daerah latihan yang berada di kabupaten Pasuruan, merupakan tempat yang strategis bagi personel komunikasi karena tempat tersebut memilki fasilitas komunikasi yang menghubungkan antara Koarmatim, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) dan unsur-unsur KRI yang sedang melaksanakan operasi ditengah laut. Stascar ini memiliki peran yang sangat strategis apabila terjadi peperangan yang sesungguhnya khususnya peperangan elektronika.

Personel Diskomlek yang terlibat dalam gladi iteroperability itu memperhatikan dengan serius paparan yang disampaikan oleh rekan mereka yang bertugas mengawaki peralatan Tower komunikasi di Stascar TNI AL tersebut. Dalam kesempatan itu mereka mendapat pembekalan tentang cara kerja peralatan yang ada serta melaksanakan praktek mengoperasikan peralatan Komunikasi yang dapat menjagkau seluruh wilayah Indonesia bagian timur itu.



Stascar Pasuruan merupakan stasiun komunikasi milik Angkatan Laut dibawah Satkom Lantamal V yang di pimpin oleh Kepala Seksi Stasiun Pemancar (Kasistascar) Kapten Laut (E) Sumarno. Fasilitas ini dibangun pada tahun 1996 dan mulai aktif beroperasi pada tahun 1997 dengan dilengkapi fasilitas berupa rumah dinas yang berada di dalam komplek tersebut. Sedangkan tanggung jawab yang harus mereka emban adalah menjaga, merawat dan mengawaki peralatan yang ada di dua tower yang digunakan untuk komunikasi dengan Koarmatim dan Lantamal V Surabaya.

Penyelenggaraan latihan bertujuan untuk memelihara kemampuan personel dan merupakan upaya untuk lebih meningkatkan keterampilan personel TNI AL pada umumnya dan personel Koarmatim pada khususnya. Latihan ini merupakan observasi dan uji teknis terhadap peralatan komunikasi yang dimiliki Koarmatim dan digabungkan dengan uji coba frekwensi pada daerah-daerah atau lokasi yang sering didapati trouble frekwensi dalam satu rangkaian latihan secara terpadu.

Diharapkan dengan kegiatan latihan ini mampu memberikan gambaran secara menyeluruh tentang kemampuan terkini yang dimiliki Diskomlek Koarmatim dan diketahuinya lokasi/daerah yang mempunyai kualitas frekwensi buruk sehingga dapat dijadikan pedoman pengetahuan dalam pembentukan dan pengadaan sistem komunikasi yang selaras mengikuti perkembangan teknologi modern.

Sumber: Dispenarmatim

PTDI Masih Rawat Baik N-250


30 Oktober 2011, Bandung (Investor Daily): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) masih merawat dengan baik dua unit pesawat karya anak bangsa N-250 Gatotkaca meskipun kedua pesawat itu tidak bisa diterbangkan karena terkendala prosedur dan regulasi penerbangan.

"Dua pesawat N-250 masih kami rawat dengan baik di hanggar kami," kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Bandung, Sabtu.

Pesawat N-250 merupakan pesawat hasil pengembangan sendiri putra-putri Bangsa Indonesia yang dikembangkan PT DI yang kala itu bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).

Pesawat N-250 yang sempat diterbangkan dan mengikuti sejumlah pameran kedirgantaraan itu merupakan pengembangan IPTN dari produk andalannya CN-235 yang merupakan produk kerja sama dengan Cassa Spanyol.

Dengan warna dasar putih dan bagian bawah badan pesawat biru itu, N-250 masih cukup "gagah" dipamerkan, meskipun pesawat itu tidak lagi diterbangkan.

Bahkan, N-250 menjadi salah satu pesawat produk PTDI yang dipamerkan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke PTDI pada Rabu (26/10) lalu. Presiden juga sempat mendapat sekilas penjelasan terkait perawatan pesawat itu.

Juru bicara PTDI, Rakhendi menyebutkan pesawat itu disimpan di hanggarnya yang terletak di ujung kompleks hanggar PTDI.

"Sebenarnya pembuatan N-250 itu sudah selesai dua setengah pesawat, dua pesawat sudah dirampungkan dan yang satu lagi pengerjaanya baru 50% saat proyek itu dihentikan," kata Rakhendi.

Saat ini PTDI kembali bangkit melalui program revitalisasi dengan mengembangkan produk CN-235 Maritime Patrol dan terakhir mengembangkan pesawat CN-295 bekerja sama dengan Airbus Military Spanyol.

PTDI akan mengerjakan sejumlah pesawat CN-295 pesanan Kementerian Pertahanan RI di samping membuat helikopter dan pesawat CN-212.

Bersama PT Pindad, PTDI mendapat penugasan untuk mendukung program revitalisasi alutsista TNI di bidang masing-masing.

Sumber: Investor Daily